Metode korelasional sebenarnya kelanjutn dari metode deskriptif. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara sistematis, factual dan cermat (Isaac dan Michael, 1981:46).Metode deskriptif tidak menjelaskan hubungan di antara variable, tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi. Survai majalah Tempo menghimpun ketrangan tentang responden yang meliputi usia, pendidikan, status sosial ekonomi, terpaan radio, dan sebagainnya. Jumlah responden untuk setiap klasifikasi variable dihitung frekuensinya.
Kita mulai memasuki metode korelasi bila kita mencoba meneliti hubungan di anatara variable-variabel. Misalnya, kita ingin mengetahui hubungan anatara usia dengan ruang yang diminatinya : apakah pembaca yang lebih tua cenderung menyenangi tajuk rencana, apakah esponden yang lebih mudah cenderung menyukai pokok dan tokoh. Guru tentu ingin mengetahui apakah ada hubungan anatara kecerdasan dengan prestasi akademis, pengusaha ingin memperoleh keterangan apakah ada hubungan antara pendidikan pegawai dengan poduktivitas kerja mereka. Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktpr lain. Kalau dua variable saja yang kita hubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation). Lebih dari dua, kita menggunakan korelasi ganda (multiple correlation).
1.Koefisien Korelasi.
Pada akhir abad XIX, Karl Pearson, beradarkan teori Sir Fancis Galton, mengembangkan indeks untuk mengukur hubungan dantara variable.Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlations, indeks ini disingkat dengan huruf kecil r. ada beberapa koefisien yang lain, ini diambil sebagai contoh.Dalam contoh, r menunjukkan bilangan di antara + 1.00 dan – 1.00. bila tidak ada hubungan di anatara variable sama seklai, nilai r sama dengan nol. Bila hubungan di antara variable bertambah, nilai r bertambah dari nol ke plus atau minus satu. Bila tanda r positif, variable-variabel dikatakan berkorelasi secara positif.Artinya, bila skor pada variable X bertambah, skor pada variable a pun bertambah pula.Korupsi, misalnya berkolerasi secara positif dengan pembelian barang-barang mewah. Makin banyak korupsi, makin cenderung oang membeli barang mewah (contoh; kurang nyaman!). Bila tanda r negatif, variable dikatakan berkorelasi secara negatif , skor yang tinggi pada pengubah 9variabel) yang satu berkaitan dengan skor yang rendah pada variable yang lain. Frekuensi skizorpenis, misalnya.Berkorelasi negatif dengan status sosial ekonomi.Makin tinggi status sosial, makin rendah freukuensi skizoprenia. Konsep diri berkorelasi negatif dengan perilaku untuk menarik perhatian .makin tinggi konsep diri seseorang, makin kurang orangitu berperilaku untuk menarik perhatian orang lain.
2.Menafsirkan Koefisien Korelasi
Korelasi dan Kausalitas. Bila dilakukan dikatakan variable kecerdasan berkaitan dengan variable indeks prestasi pada koefisien korelasi r 5 0,80, apakah artinya? Informasi apakah yang dapat kita peroleh dari sebuah nilai r?untuk memahami nilai r kita harus mempertimbangkan tiga hal. Pertama, besaran korelasi yang berkisar dari 0 (berarti tingkat tidakada korelasi sam sekali) sampai I (korelasi yang sempurna). Kedua, arah korelasi yang ditunjukkan dengan tanda positif atau negatif. Korelasi positif tidak berarti baik, tetapi hanya menunjukkan bahwa makin tinggi nilai pada variable X, makin tinggi pula nilai pada variable Y. Ketiga, persoalan apakah r yang diperoleh itu signifikan secara statistik.
Korelasi yang signifikan secara statistic tidak boleh diartikan signifikan secara substantif atau signifikan secara teoritis.Missalkan, kita mempunya penelitian yang meneliti pengaruh program nutrisi pada pengurangan pada berat badan.Hipotesis penelitian kita diuji secara statistic untuk mengetahui program mana yang lebih efektif. Jika kita mempertanyakan apaah keuntungan mengikuti program X dibandingkan dengan program yang lain kita mempertanyakan signifikasi substansif. Jika ingin mempertanyakan apakah pengetahun kita tentang hasil penelitian ini membantul kita untuk memahami konsep diri, sosialisasi masa kecil, atau perkembangan sosiokultural, kita berhubungan dengan signifikasi teoritis. Bila kita bertanya, apakah perbedaan diantara dua kelompok yang ditelitiitu kebetulan atau memang karena program nutrisi yang berlainan, atau berapa kemungkinan kesalahan kita kalau kita mengenaeralisasikan hasil dai sampel itu pada seluruh populasi, kita berhubunga dengan signifikasi statistik(Champion, 1981:128). Jadi, korelasi yang sangat signifikan hendaknya tidak diartikan hubungan sebab-akibat yang kuat.Memang, korelasi tidak selalu menunjukkan hubungan kausalitas. Kausalitas terjadi bila dipenuhi syarat : asosiasi, prioritas waktu, hubungan sebenarnya, dan rasional. Asosisasi menunjukkan kaitan diantara variable seperti yang sering diperoleh dengan teknik korelasi.
Berbicara tentang tinggi-rendahnya korelasi, apa pedoman yang dapat kita pergunakan?walaupun amat bergantung pada jenis data yang yang dinali dan tes stastik yang digunakan, koefisien korelasi diartikan oleh Guilford (1956:145) secaa kasar sebagai berikut :
Kurang dari - 0,20 hubungan rendah sekali
0,20 - 0,40 hubungan rendah tetapi pasti
0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti
0,70 - 0,90 hubungan yang tinggi, kuat
Lebih dari - 0,90 hubungan ssangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan.
Koefisien korelasi ditinjau dari ragam PRE (Proportional Reduction in Error) bila sebuah penelitian menunjukkan korelasi 0,80 anatara keceradan dengan indeks pretasi akademis, kia dapat menyatakan bahwa menyatakan bahwa kebanyakan skor yan tinggi pada kecerdasan berkaitan dengan skor yang tinggi pada indeks presentasi. Dengan perkataan lain, perbedaan individual (disebut ragam atau varians) pada indeks prestasi berkaitan dengan perbedaan ragam pada kecerdasan. Tetapi untuk menjelaskan beberapa ragam suatu pada satu variable djelaskan denag ragam pada variable lain, yang digunakan bukan r tetapi r2.pada contoh diatas, 64% (0,802) ragam pada ideks prestasi berkaitan dengan dengan kcerdasan. Tidak semua koefisien korelasi memiliki sifat seperti r2. Koefisin korelasi dapat juga dijelaskan dengan melihat kemampuan prediksinya, lazim disebut PRE(Proportional Reduction in Error).
3. Penggunaan Metode Korelasional
Metode korelasional digunakan untuk : (1) mengukur hubungan diantara berbagai variable. (2) mermalkan variable tak bebas dari pengetahuan kita tentang variable bebas, dan (3) meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental.
Seperti yang dijelaskan di muka, metode korelasional meneliti hubungan di anatara berbagai variable.Dalam penelitian sosial kita seing berhubungan dengan variable atribut, yakni variable yang tidak dapat kita kendalikan.Metode ekspremental jelas tidak mungkin dibunakan. Kita tidak dapat menetapkan jenis kelamin proa hari ini dan wanita esoknya yang dapat kita lakukan ialah mengumpulkan sejumlah pria dan wanita memberikan test emosional dan mebandingkan skor pria dan wanita melalui teknik-teknik analisis korelasional.
Satu lagi catatan terakhir penggunaan korelasi.Studi korelasi sering digunakan untuk mengukur realibilitas dan validitas.Membandingkan hasil tes pertama dan kedua, hasil test penguji pertama dan kedua atau jumlah responden item test bernomor ganjil dengan item tes bernomor genap memerlukan korelasi. Begitu pula untuk menilai validitas, kita dapat membandingkan satu ukuran dengan pengukuran lain (validitas prediktif), atau menghitung korelasi berbagai variable yang menjadi komponen konstruk 9validitas konstruk)
0 komentar:
Posting Komentar