Seleksi merupakan langkah pertama dalam pemahaman. Pesan komunikasi yang tidak tertangkap oleh audiens, tidak mungkin dapat dipahami. Tetapi pemahaman juga bisa mempengaruhi seleksi; mungkin saja seseorang membuang pesan yang diterimanya walaupun ia sudah dapat memahami sepenuhnya isi pesan. Sama halnya, kalau pesan komunikasi itu tidak dipahami sama sekali.
Dalam proses pemahaman, dimensi waktu mempunyai peranan penting karena audiens akan kehilangan (tidak bisa memahami) pesan jika komunikasi itu berlangsung sangat cepat atau terlalu lambat. Program pengajaran modern barangkali merupakan contoh yang baik dalam pengendalian “tempo” komunikasi dalam rangka penguasaan pesan oleh audiens. Para pelajar dapat menguasai pelajaran dengan baik dan maju ke pelajaran berikutnya kalau si guru terlalu cepat dalam memberi penjelasan; sebaliknya si murid akan menjadi bosan dan kemudian tidak mendengarkan keterangan guru, kalau tempo pengajarannya terlalu lambat--pelajaran yang diberikan banyak diulang.
Dalam suatu situasi komunikasi, komunikator harus punya alat untuk mengecek pemahaman pendengarnya. Dalam pembicaraan dengan seseorang atau suatu kelompok, komunikator dapat mengecek pemahaman itu dengan meningkatkan kemampuannya untuk menjadi penerima pesan-pesan non verbal. Pada waktu seseorang sedang berbicara, adalah tidak sopan jika seseorang menyelami pembicaraan secara verbal sebagai respon; biasanya penerima (audiens) mengirimkan pesan-pesan non verbal misalnya dengan mengerutkan kening, mengangguk setuju, tersenyum dan sebagainya.
Pemahaman itu dapat ditingkatkan dengan merubah kode-kode digital menjadi kode analogik. Jika kita ingin agar seseorang memahami suatu peristiwa, kita dapat memberikan informasi lebih sempurna dengan jalan pengkisahan kembali daripada menggunakan model tiga dimensi. Tetapi penggunaan model tiga dimensi itu dapat memungkinkan audiens membuat perbandingan yang tidak dapat dimuat dalam informasi dalam bentuk foto. Dan, foto atau lukisan dapat menyajikan informasi yang tidak mudah disajikan dalam bentuk deskripsi tertulis. Ini kalau kita beranggapan bahwa kita ingin agar penerima itu memahami peristiwa secara lengkap. Namun seringkali komunikator hanya ingin mengemukakan beberapa aspek atau prinsip dari peristiwa itu, atau hubungan antara beberapa peristiwa. Dalam hal ini, kita perlu menyesuaikan kodifikasi pesan yang paling baik untuk abstraksi yang kita inginkan. Tentu saja “terbaik” dalam pandangan penerima.
Kode analogik cenderung lebih mahal penyiapan dan penggunaannya. Karena itu komunikator perlu memikirkan kepatuhan antara tingkat pemahaman yang akan di capai dengan besarnya usaha yang ia harus bayar untuk mencapainya.
Teknik komunikasi informatif ini ditujukan bagi terciptanya tingkat pemahaman yang lebih baik yang berkaitan dengan aspek kognitif dari komunikan. Efek yang diharapkan adalah efek kognitif secara positif yang menyangkut pengertian, pemahaman, penghayatan, sehingga menjadi pengetahuan yang berarti bagi diri komunikan.
Dalam proses pemahaman, dimensi waktu mempunyai peranan penting karena audiens akan kehilangan (tidak bisa memahami) pesan jika komunikasi itu berlangsung sangat cepat atau terlalu lambat. Program pengajaran modern barangkali merupakan contoh yang baik dalam pengendalian “tempo” komunikasi dalam rangka penguasaan pesan oleh audiens. Para pelajar dapat menguasai pelajaran dengan baik dan maju ke pelajaran berikutnya kalau si guru terlalu cepat dalam memberi penjelasan; sebaliknya si murid akan menjadi bosan dan kemudian tidak mendengarkan keterangan guru, kalau tempo pengajarannya terlalu lambat--pelajaran yang diberikan banyak diulang.
Dalam suatu situasi komunikasi, komunikator harus punya alat untuk mengecek pemahaman pendengarnya. Dalam pembicaraan dengan seseorang atau suatu kelompok, komunikator dapat mengecek pemahaman itu dengan meningkatkan kemampuannya untuk menjadi penerima pesan-pesan non verbal. Pada waktu seseorang sedang berbicara, adalah tidak sopan jika seseorang menyelami pembicaraan secara verbal sebagai respon; biasanya penerima (audiens) mengirimkan pesan-pesan non verbal misalnya dengan mengerutkan kening, mengangguk setuju, tersenyum dan sebagainya.
Pemahaman itu dapat ditingkatkan dengan merubah kode-kode digital menjadi kode analogik. Jika kita ingin agar seseorang memahami suatu peristiwa, kita dapat memberikan informasi lebih sempurna dengan jalan pengkisahan kembali daripada menggunakan model tiga dimensi. Tetapi penggunaan model tiga dimensi itu dapat memungkinkan audiens membuat perbandingan yang tidak dapat dimuat dalam informasi dalam bentuk foto. Dan, foto atau lukisan dapat menyajikan informasi yang tidak mudah disajikan dalam bentuk deskripsi tertulis. Ini kalau kita beranggapan bahwa kita ingin agar penerima itu memahami peristiwa secara lengkap. Namun seringkali komunikator hanya ingin mengemukakan beberapa aspek atau prinsip dari peristiwa itu, atau hubungan antara beberapa peristiwa. Dalam hal ini, kita perlu menyesuaikan kodifikasi pesan yang paling baik untuk abstraksi yang kita inginkan. Tentu saja “terbaik” dalam pandangan penerima.
Kode analogik cenderung lebih mahal penyiapan dan penggunaannya. Karena itu komunikator perlu memikirkan kepatuhan antara tingkat pemahaman yang akan di capai dengan besarnya usaha yang ia harus bayar untuk mencapainya.
Teknik komunikasi informatif ini ditujukan bagi terciptanya tingkat pemahaman yang lebih baik yang berkaitan dengan aspek kognitif dari komunikan. Efek yang diharapkan adalah efek kognitif secara positif yang menyangkut pengertian, pemahaman, penghayatan, sehingga menjadi pengetahuan yang berarti bagi diri komunikan.
0 komentar:
Posting Komentar