Pemasar atau perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa mencoba memposisikan merek mereka agar diterima oleh konsumen untuk menyesuaikan dengan pasar. Mereka mencoba untuk membedakan produk mereka dari pesaingnya, agar produk mereka lebih banyak dikenal karena berbeda dan lebih unik dari produk yang lainnya. Dengan demikian, maka perusahaan harus menciptakan citra merek yang baik di mata konsumennya.
Aaker menyatakan bahwa : citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen.”
(dalam Simamora, 2003 : 696).
Dalam membentuk citra merek, kita memasuki dunia persepsi. Citra atau image adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Tidak mudah membentuk citra, tetapi sekali terbentuk tidak mudah pula mengubahnya. Untuk membentuk posisi merek, maka kita harus mengajukan pertanyaan bagaimana citra merek terbentuk pada konsumen. Citra merek merupakan interpretasi akumulasi berbagai informasi. Hasil interpretasi bergantung pada dua hal. Pertama, bagaimana konsumen melakukan interpretasi, dan kedua, informasi apa yang diinterpretasi. ( Simamora, 2003 : 103).
Merek bisa ada dan hidup kalau konsumen sudah memiliki gambaran merek yang jelas dan dipercaya. Singkatnya, kalau merek sudah memiliki posisi merek (brand position). Posisi merek adalah citra merek (brand image) yang jelas, berbeda dan unggul secara relatif dibanding pesaing. (Kotler, 2001 : 412 ).
Informasi tentang merek tidak sepenuhnya dapat dikontrol oleh perusahaan. Ada berbagai sumber lain yang bisa dipakai konsumen, seperti konsumen lain, orang-orang dekat, wiraniaga, media massa, dan lain-lain. Meski tidak dapat mengendalikan proses pembentukan citra merek pada konsumen, kalau ingin membangun merek yang kuat, perusahaan tidak boleh membiarkan proses itu berjalan dengan sendirinya. Perusahaan harus melakukan upaya. Proses inilah yang dinamakan positioning. Merek merupakan suatu asset yang tak ternilai bagi perusahaan, maka mereka berusaha untuk mengelola merek tersebut, yaitu dengan melalui citra merek. Dengan citra merek yang positif, maka perusahaan akan dapat menarik dan mempertahankan konsumennya. Untuk mempertahankan atau meningkatkan citra merek suatu jasa, perusahaan dapat melaksanakan beberapa cara yaitu :
1. Differensiasi, yaitu membuat produk berbeda atau membedakan produk dengan produk-produk lain dari pesaing maupun dari penjual itu sendiri
2. Relationship marketing, yaitu perusahaan mengadakan hubungan dengan konsumen secara konsisten menjadi partner perusahaan. Usaha untuk membangun dan mempertahankan konsumen yang ada biayanya relatif lebih kecil daripada menarik konsumen
3. Mengelola produktivitas, yaitu menggunakan pendekatan guna meningkatkan produktivitas jasa, meliputi ; meningkatkan kualitas, mengindustrialisasikan jasa dengan menambah alat dan produksi yang standar, merancang jasa yang lebih efektif, memanfaatkan kekuatan teknologi
4. Bauran pemasaran, yaitu terdiri dari berbagai macam unsur program pemasaran yang perlu dipertimbangkan untuk pemasaran dalam pasar-pasar perusahaan adalah sebagai berikut : product, price, place, promotion.
(Schifman dan Leslie, 2000 : 186).
Dari uraian mengenai beberapa cara untuk meningkatkan citra merek di atas, maka suatu perusahaan harus mempunyai citra merek yang positif, karena citra merek merupakan aset yang tak ternilai dari suatu perusahaan. Tanpa citra merek positif di benak konsumen, maka perusahaan tersebut tidak dapat bertahan lama. Oleh karena itu, citra merek harus terus menerus dipelihara agar konsumen dapat menjadi loyal, tidak berganti-ganti dengan merek yang lain
Aaker menyatakan bahwa : citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen.”
(dalam Simamora, 2003 : 696).
Dalam membentuk citra merek, kita memasuki dunia persepsi. Citra atau image adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Tidak mudah membentuk citra, tetapi sekali terbentuk tidak mudah pula mengubahnya. Untuk membentuk posisi merek, maka kita harus mengajukan pertanyaan bagaimana citra merek terbentuk pada konsumen. Citra merek merupakan interpretasi akumulasi berbagai informasi. Hasil interpretasi bergantung pada dua hal. Pertama, bagaimana konsumen melakukan interpretasi, dan kedua, informasi apa yang diinterpretasi. ( Simamora, 2003 : 103).
Merek bisa ada dan hidup kalau konsumen sudah memiliki gambaran merek yang jelas dan dipercaya. Singkatnya, kalau merek sudah memiliki posisi merek (brand position). Posisi merek adalah citra merek (brand image) yang jelas, berbeda dan unggul secara relatif dibanding pesaing. (Kotler, 2001 : 412 ).
Informasi tentang merek tidak sepenuhnya dapat dikontrol oleh perusahaan. Ada berbagai sumber lain yang bisa dipakai konsumen, seperti konsumen lain, orang-orang dekat, wiraniaga, media massa, dan lain-lain. Meski tidak dapat mengendalikan proses pembentukan citra merek pada konsumen, kalau ingin membangun merek yang kuat, perusahaan tidak boleh membiarkan proses itu berjalan dengan sendirinya. Perusahaan harus melakukan upaya. Proses inilah yang dinamakan positioning. Merek merupakan suatu asset yang tak ternilai bagi perusahaan, maka mereka berusaha untuk mengelola merek tersebut, yaitu dengan melalui citra merek. Dengan citra merek yang positif, maka perusahaan akan dapat menarik dan mempertahankan konsumennya. Untuk mempertahankan atau meningkatkan citra merek suatu jasa, perusahaan dapat melaksanakan beberapa cara yaitu :
1. Differensiasi, yaitu membuat produk berbeda atau membedakan produk dengan produk-produk lain dari pesaing maupun dari penjual itu sendiri
2. Relationship marketing, yaitu perusahaan mengadakan hubungan dengan konsumen secara konsisten menjadi partner perusahaan. Usaha untuk membangun dan mempertahankan konsumen yang ada biayanya relatif lebih kecil daripada menarik konsumen
3. Mengelola produktivitas, yaitu menggunakan pendekatan guna meningkatkan produktivitas jasa, meliputi ; meningkatkan kualitas, mengindustrialisasikan jasa dengan menambah alat dan produksi yang standar, merancang jasa yang lebih efektif, memanfaatkan kekuatan teknologi
4. Bauran pemasaran, yaitu terdiri dari berbagai macam unsur program pemasaran yang perlu dipertimbangkan untuk pemasaran dalam pasar-pasar perusahaan adalah sebagai berikut : product, price, place, promotion.
(Schifman dan Leslie, 2000 : 186).
Dari uraian mengenai beberapa cara untuk meningkatkan citra merek di atas, maka suatu perusahaan harus mempunyai citra merek yang positif, karena citra merek merupakan aset yang tak ternilai dari suatu perusahaan. Tanpa citra merek positif di benak konsumen, maka perusahaan tersebut tidak dapat bertahan lama. Oleh karena itu, citra merek harus terus menerus dipelihara agar konsumen dapat menjadi loyal, tidak berganti-ganti dengan merek yang lain
0 komentar:
Posting Komentar